Jumat, 22 Januari 2010

Pembelajaran Langsung ( ketut alit adi untara )

Model Pembelajaran Langsung, Koperatif dan Berbasis Masalah

Model Pembelajaran Kooperatif
  • Karakteristik pembelajaran kooperatif
    • Siswa belajar dalam kelompok, produktif mendengar, mengemukakan pendapat dan membuat keputusan secara bersama
    • Kelompok siswa terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah (heterogen).
    • Jika dalam kelas terdapat siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam setiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda
    • Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan
  • Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran kooperatif
    • Hasil belajar akademikPembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik seain itu banyak ahli berpendapat pembelajaran kooperatif memudahkan siswa memahami konsep yang sulit
    • Pengakuan adanya keragaman
      Pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedan latar belakang, antara lain ras, suku, budaya, kemampuan akademik dan tingkat sosial.
    • Pengembangan keterampilan sosial.
      Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan social siswa, seperti: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing temannya untuk bertanya, meu menjelaskan ide atau pendapat dalam kelompok.
  • Sintaks (langkah-langkah) pembelajaran kooperatif
    • Fase I, menyajikan tujuan dan motivasi siswa
      Guru berperan menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tesebut dan memotivasi siswa belajar.
    • Fase II, menyajikan informasi
      Guru berperan menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
    • Fase III, membimbing kelompok bekerja dan belajar
      Guru berperan menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok melakukan transisi secara efisien.
    • Fase IV, mengorganisasi siwa kedalam kelompok-kelompok belajar
      Guru berperan membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakn tugas
    • Fase V, evaluasi
      Guru berperan mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.
    • Fase VI, memberikan penghargaan
      Guru berperan mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok.
  • Prosedur penentuan nilai perkembangan siswa pembelajaran kooperatif
    • Langkah 1, Menetapkan skor dasar
      Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor kuis yang lalu
    • Langkah II, Menghitung skor kuis
      Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini
    • Langkah III, Menghitung skor perkembangan
      Siswa mendapatkan poin perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka, dengan menggunakan skala yang diberikan.
Pembelajaran Berbasis Masalah
Biasa disebut juga Problem Based Learning (PBI)
  • Tujuan yang ingin dicapai melalui pembelajaran berbasis masalah :
    • Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah
    • Belajar peranan orang dewasa yang autentik
    • Menjadi pembelajar yang mendiri
  • Sintaks pembelajaran berbasis masalah:
    • Fase I, orientasi siswa kepada masalah
      Guru berperan menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
    • Fase II, mengorganisasikan siswa untuk belajar
      Guru berperan membantu siswa mendefinisikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
    • Fase III, Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
      Guru berperan membantu siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
    • Fase IV, Membimbing dan menyajikan hasil karya
      Guru berperan membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang seperti laporan, video serta membantu mereka untuk membagi tugas dengan temannya.
    • Fase V, Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
      Guru berperan membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelididkan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
  • Tugas-tugas perencanaan berkaitan dengan pembelajaran berbasis masalah
    • Penetapan tujuan
      Mendeskripsikan bagimana pembelajaran berdasarkan masalah direncanakan untuk membantu mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa dan membantu siswa menjadi pebelajar yang mandiri
    • Merancang situasi masalah
      Situasi masalah yang baik seharusnya autentik, mengandung teka-teki, tidak terdefinisikan secara ketat, memmungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa dan konsisten dengan tujuan kurikulum.
    • Organisasi sumberdaya dan rencana logistik
      Dalam pembelajaran berdasarkan masalah siswa dimungkinkan bekerja dengan beragam materi dan peralatan, dan pelaksanaannya bisa dilakukan di kelas, perpustakaaan, atau laboratorium bahkan di luar sekolah. Oleh karena itu tugas mengorganisasi sumberdaya dan rencana logistic menjadi tugas perencanaan yang utama bagi guru.
  • Tugas-tugas intraktif dalam pembelajaran berbasis masalah
    • Orientasi siswa pada masalah
      Siswa perlu memahami tujuan pembelajaran berdasarkan masalah adalah untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah penting dan untuk menjadi pebelajar yang mandiri, bukan untuk memperoleh informasi baru dalam jumlah yang besar
    • Mengorganisasikan siswa untuk belajar
      Model pembelajaran berdasarkan masalah memerlukan pengembangan keterampilan kerjasama diantara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama. Oleh karena itu siswa memerlukan guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan.
    • Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
      • Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagi sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah
      • Guru mendorong pertukaran ide secara bebas dan penerimaan sepenuhnya ide-ide itu merupakn hal yang penting dalm tahap penyelidikan.
      • Puncak proyek-proyek pembelajaran berdasarkan masalah adalah penciptaan dan peragaaan artifak seperti laporan, poster, dan video tape.
    • Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
      Tugas guru pada tahap ahir adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan
  • Bagaimana mengatur lingkungan belajar dan tugas-tugas manajemen
    Guru harus memiliki seperangkat aturan yang jelas supaya pelajaran dapat berlangsung tertib tanpa ganguan, menangani tingkah laku yang menyimpang secara cepat dan tepat, memiliki panduan mengenai bagimana mengelola kerja kelompok.
    Pada model pembelajaran berdasrkan masalah, guru yang efektif harus memiliki prosedur untuk pengelolaan, penyimpanan dan pendistribusian bahan. Guru juga perlu menyampaikan aturan dan sopan santun untuk mengendalikan tingkah laku siswa ketika melakukan penyelidikan di luar kelas.
Model Pembelajaran Langsung
  • Ciri-ciri pembelajaran langsung
    • Adanya tujuan pembelajaran
    • Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
    • sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pembelajaran
  • Fase dan peran guru dalam pembelajaran langsung
    • Fase I, Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
      Pada fase ini guru berperan dalam menjelaskan TPK, materi prasyarat, memotivasi siswa dan mempersiapkan siswa.
    • Fase II, Mendemonstrasi pengetahuan dan keterampilan
      Pada fase ini guru berperan dalam mendemonstrasikan keterampilan atau menyajikan informasi tahap demi tahap
    • Fase III, Mebimbing pelatihan
      Pada fase ini guru berperan memberikan latihan terbimbing
    • Fase IV, Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
      Pada fase ini seorang guru berperan mengecek kemampuan siswa seperti memberi kuis terkini dan memberi umpan balik seperti membuka diskusi untuk siswa
    • Fase V, Memberikan latihan dan penerapan konsep
      Pada fase ini guru berperan dalam mempersiapkn latihan untuk siswa dengan menerapkan konsep yang dipelajari pada kehidupan sehari-hari.
  • Tugas perencanaan pada model pembelajaran langsung
    • Merumuskan tujuan
      Guru harus merumuskan tujuan pembelajaran yang relevan dengan kurikulum
    • Memilih isi
      • Guru harus mempertimbangkan berapa banyak informasi yang akan diberikan pada siswa dalam kurun waktu tertentu.
      • Guru harus selektif dalam memilih konsep yang diajarkan dengan model pembelajaran langsung
    • Melakukan analisis tugas
      Dengan menganalisis tugas, akan membantu guru menentukan dengan tepat apa yang perlu dilakukan siswa untuk melaksanakan keterampilan yang akan dipelajari
    • Merencanakan waktu
      Guru harus memperhatikan bahwa kurun waktu yang disediakan sepadan dengan kemampuan dan bakat siswa, memotivasi siswa agar mengerjakan tugas dengan perhatian yang optimal
  • Lima prinsip dasar yang dapat membimbing guru dalam merencana system penilaian dalam model pembelajaran langsung
    • Sesuai dengan tujuan pembelajaran
    • Mencakup semua tugas pembelajaran
    • Menggunakan soal tes yang sesuai
    • Membuat soal sevalid (terukur) dan sereliabel (konsisten) mungkin

Model Pembelajaran Langsung ( Ketut Alit Adi Untara )

A. Ruang Lingkup Pengajaran Langsung

Pembelajaran langsung
Pembelajaran langsung
Keterampilan, baik kognitif maupun fisik, dan juga informasi yang lain, merupakan  landasan untuk pembangunan hasil belajar yang lebih kompleks. Sebelum siswa dapat memperoleh dan memproses sejumlah besar informasi, mereka harus menguasai strategi belajar seperti membuat catatan, merangkum isi bacaan. Sebelum siswa dapat berpikir secara kritis, mereka perlu menguasai keterampilan dasar yang berkaitan dengan logika, membuat infrensi dari data, dan mengenal ketidakobjektifan dari presentasi. Sebelum siswa dapat menulis suatu paragraf mereka harus menguasai pengkonstruksian kalimat dasar, penggunaan kata-kata dengan benar, dan disiplin diri dalam tugas penulisan.
Salah satu perbedaan yang mencolok antara orang yang baru mempelajari sesuatu atau pemula dengan pakar ialah bahwa para pakar telah benar-benar menguasai keterampilan-keterampilan dasar, sehingga mereka dapat menerapkannya dengan presisi dan tanpa difikirkan lagi, walau dalam situasi baru dan penuh tekanan atau beban.
Pembahasan materi tentang metode pengajaran langsung menfokuskan pada pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar ini desebut Model Pengajaran Langsung  (MPL). Istilah lain yang juga dipergunakan ialah Pengajaran Aktif (Good & Grows,  1985), Mastery Teaching (Hunter, 1982), dan Explicit Instruction (Rosenshine &Stevens, 1986). Meskipun tidak sinonim, kuliah/ceramah, dan resitasi berhubungan erat dengan model pengajaran langsung itu.
1. Istilah dan Pengertian
Model Pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berakitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan  prosedural yang terstruktur dengan baik  yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah (Arends, 1997). Seperti telah disinggung pada pemaparan terdahulu bahwa Istilah lain yang biasa dipakai untuk menyebutkan model pembelajaran langsung yakni diantaranya training model, active teaching model, mastery teaching, dan explicit instructions.
Adapun gambaran umum atau ciri-ciri dari model pembelajaran Pengajaran Langsung (dalam Kardi & Nur, 200: 3) adalah sebagai berikut:
  1. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar.
  2. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran; dan
  3. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.
Membahas masalah belajar, para pakar teori belajar pada umumnya membedakan dua macam pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural (Marx & Winne, 1994, dalam Kardi & Nur, 2000: 4).
Pengetahuan Deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tetang sesuatu, suatu contoh pengetahuan deklaratif yaitu bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia merupakan lembaga tertinggi, dan anggotanya ditetapkan untuk jabatan selama lima tahun. Sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, misalnya bagaimana cara pemeilihan dan penetapan anggota MPR.
Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural  dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
2. Sintaks atau Pola Keseluruhan dan Alur Kegiatan Pembelajaran
Pada model pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan penjelasan tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru.
Fase persiapan dan motivasi ini kemudian di ikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pelajaran itu termasuk juga pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata.
Pengajaran langsung, menurut Kardi (1997: 3) dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok. Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan.
Sintaks Model pengajaran langsung disajikan dalam 5 (lima) tahap, seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Fase
Peran Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mepersiapkan siswa untuk belajar.
Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap
Fase 3
Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
Fase 4
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik
Fase 5
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehgidupan sehari-hari.
Tabel 1. Tahapan-Tahapan Model Pengajaran langsung
Pada fase persiapan, guru memotivasi siswa agar siap menerima presentasi materi pelajaran yang dilakukan melalui demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata.
3. Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan model pengajaran langsung
Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati di pihak guru agar efektif, pengajaran langsung mensyaratkan tiap detail keterampilan  atau isi didefinisikan secara seksama dan demonstrasi serta jadwal pelatihan direncanakan dan dilaksanakan secara seksama (Kardi dan Nur, 2000: 8).
Menurut Kardi dan Nur (2000: 8-9), meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh guru dan siswa, model ini terutama berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab) yang terencana. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin dan tanpa humor. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik.
4. Penelitian tentang Keefektifan Guru
Landasan penelitian dari model pengajaran langsung dan  berbagai komponennya, berasal dari bermacam-macam bidang. Meskipun demikian, data penunjang empirik yang palin jelas terhadap model pembelajaran langsung berasal dari penelitian tentang keefektifan guru yang dilakukan pada tahun 1970-an dan 1980-an.
Penelitian Stalling dan Kazkowitz (dalam Trianto, 2007: 32) menunjukkan pentingnya waktu yang dialokasikan pada tugas (Time on task). Penelitian ini juga menyumbang dukungan empirik penggunaan pengajaran langsung. Beberapa orang guru menggunakan metode-metode yang sangat terstruktur dan formal, sedangkan guru-guru yang lain menggunakan metode-metode yang informal. Stalling dan koleganya ingin mengungkapkan, manakah di antara program-program itu yang dapat berfungsi baik dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Prilaku guru-guru dalam 166 kelas yang diamati, siswa-siswa dites. Banyak hal yang dapat diungkap pada penelitian itu, namun ada dua hal yang sangat menonjol, yaitu alokasi waktu dan penggunaan tugas (kegiatan yang menggunakan metode pengajaran langsung lebih berhasil dan memperoleh tingkat keterlibatan yang tinggi daripada mereka yang menggunakan metode-metode informal dan berpusat pada siswa.
Beberapa hasil penelitian tahun 1970-an, misalnya yang dilakukan oleh Stalling dan rekan-rekannya menunjukkan bahwa guru yang memiliki kelas yang terorganisasikan dengan baik menghasilkan rasio keterlibatan siswa (Time task ratios) yang lebih tinggi daripada guru yang menggunakan pendekatan yang kurang formal dan kurang terstruktur. Observasi terhadap guru-guru yang berhasil, menunjukkan bahwa kebanyakan mereka menggunakan prosedur pengajaran langsung (Kardi dan Nur, 2000: 17).
B. Pelaksanaan Pengajaran Langsung
Sebagaimana halnya setiap mengajar, pelaksanaan yang baik model pengajaran langsung memerlukan tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan yang jelas dari guru selama berlangsungnya perencanaan, pada saat melaksanakan pembelajaran, dan waktu menilai hasilnya. Beberapa diantara tindakan-tindakan tersebut dapat dijumpai pada model-model pengajaran yang lain, langkah-langkah atau tindakan tertentu merupakan ciri khusus pengajaran langsung. Ciri utama unik yang terlihat dalam melakukan suatu pengajaran langsung adalah sebagai berikut:
1. Tugas-tugas perencanaan
Pengajaran langsung dapat diterapkan di bidang studi apapun, namun model ini paling sesuai untuk mata pelajaran yang berorientasi pada penampilan atau kinerja seperti menulis, membaca, matematika, musik dan pendidikan jasmani. Di samping itu pengajaran langsung juga cocok untuk mengajarkan komponen-komponen keterampilan dari mata pelajaran sejarah dan sains.
Beberapa hal yang dilakukan sekaitan dengan tugas-tugas perencanaan, adalah: (1)  merumuskan tujuan, (2) Memilih isi, (3) Melakukan analisis tugas, dan (4) Merencanakan waktu dan ruang.
2. Langkah-Langkah Pembelajaran Model Pengajaran langsung
Langkah-langkah pembelajaran model pengajaran langsung pada dasarnya mengikuti pola-pola pembelajaran secara umum. Meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:
  1. Menyiapkan dan memotivasi siswa, Tujuan langkah awal ini untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta  dalam pelajaran itu.
  2. Menyampaikan tujuan, Siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran.
  3. Presentasi dan Demonstrasi, Fase ini merupakan fase kedua pengajaran langsung. Guru melaksanakan presentasi atau demonstrasi pengetahuan dan keterampilan. Kunci keberhasilan kegiatan demonstrasi ialah tingkat kejelasan demostrasi informasi yang dilakukan dan mengikuti pola-pola demonstrasi yang efektif.
  4. Mencapai kejelasan, Hasil-hasil penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa kemampuan guru untuk memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap proses belajar mengajar.
  5. Melakukan demonstrasi, Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa sebagian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari mengamati orang lain. Belajar dengan meniru tingkah laku orang lain dapat menghemat waktu, menghindari siswa dari belajar melalui “trial and error.”
  6. Mencapai pemahaman dan penguasaan, Untuk menjamin agar siswa akan mengamati tingkah laku yang benar dan bukan sebaliknya, guru perlu benar-benar memperhatikan apa yang terjadi pada setiap tahap demonstrasi ini berarti, bahwa jika guru perlu berupaya agar segala sesuatu yang didemonstrasikan juga benar.
  7. Berlatih, Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar diperlukan latihan yang intensif, dan memperhatikan aspek-aspek penting dari keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan.
  8. Memberikan latihan Terbimbing, Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung ialah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing.” Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi yang baru.
Menurut Kardi dan Nur (2000: 35-36) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan.
  • Menugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna
  • Memberikan pelatihan pada siswa sampai benar-benar menguasai konsep/keterampilan yang dipelajari
  • Hati-hati terhadap latihan yang berkelanjutan, pelatihan yang dilakukan terus-menerus dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan kejenuhan pada siswa, dan
  • Mempersiapkan tahap-tahap awal pelatihan, yang mungkin saja siswa melakukan keterampilan yang kurang benar atau bahkan salah tanpa disadari.
Mengecek pemahaman dan Memberiakan Umpan Balik.
Tahap ini kadang-kadang juga disebut tahap resitasi, yaitu guru memberikan beberapa pertanyaan lisan atau tertulis kepada siswa dan guru memberi respon terhadap jawaban siswa. Kegiatan ini meruapakan aspek penting dalam pengajaran langsung karena tanpa mengetahui hasilnya, latihan tidak banyak memberikan manfaat bagi pembelajaran.
Berbagai cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam melakukan resitasi misalnya umpan balik secara lisan, umpan balik tertulis dan umpan balik komentar tertulis.
Memberikan kesempatan latihan mandiri
Pada tahap ini guru memberikan tugas kepada siswa untuk menerapkan keterampilan yang baru saja diperoleh secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan secara pribadi di rumah atau di luar jam pelajaran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memberikan tugas mandiri, yaitu:
  • Tugas yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran, tetapi merupakan kelanjutan pelatihan untuk pembelajaran berikutnya;
  • Guru seyogyanya menginformasikan kepada orang tua siswa tentang tingkat keterlibatan mereka dalam membimbing siswa di rumah
  • Guru perlu memberikan umpan balik tentang hasil tugas yang diberikan kepada siswa di rumah.

DAFTAR PUSTAKA
Ardana, Made.2001. Pengembangan Model Kooperatif Individuasi Berbantu Berwawasan Konstruktivis. Singaraja:Aneka Widya SIKIP Singaraja.
Djangi Muh. Jasri.1994. Memanfaatkan Siswa yang Pandai sebagai Tutor Sebaya dalam Pengajaran Biologi di SMA. Makalah dalam Jurnal Transformasi. Makassar.FPMIPA UNM.
Glazer,E.2001. Problem Based Instruction. http://www.coe.uga.edu.epltt/problem basedinstruc.htm
Ibrahim, Muslimin.  Mohammad Nur. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah .Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
I Wayan Dasna dan Sutrisno. 2000. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang
Kardi, Soeparman. Mohammad Nur. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas Negeri Malang. 
Nurhadi.2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo.
Trianto, S.Pd.M.Pd.2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek.Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta
Sardiman A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo Perkasa. Jakarta.
Sudjana,Nana.2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung:Sinar Baru Algensindo.

ktsp.diknas.go.id/download/ktsp_smp/16.ppt.

Aan Hasanah- Pembelajaran Berbasis Kontekstual 1

www.geocities.com/ahliswiwite/AanHasanah.htm – Model pembelajaran berbasis masalah yang menekankan pada representasi matematik merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan keaktifan dan kreativitas